Bagi penggemar band Blink 182, lagu Adam Song pasti tidak asing lagi di telinga. Lagu yang begitu muram dan cenderung depresif ini memang terinspirasi dari cerita kehidupan sedih Adam yang berakhir mengenaskan. Adam dikisahkan sebagi seorang remaja yang gagal dalam pergaulan sosial di sekolahnya. Dia sama sekali tidak memiliki kehidupan bahagia, baik di sekolah maupun di rumah. Berikut ini kisah Adam yang saya sadur dari versi Bahasa Inggrisnya (tentu dengan penyesuaian). Meskipun telah diketahui bahwa kisah Adam merupakan kisah fiktif, namun kisah serupa mengenai siswa bunuh diri akibat bullying dan tidak punya teman bukan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Kita tentu ingat bagaimana kisah si cantik Amanda Michelle Todd yang meninggalkan pesan di youtube sebelum bunuh diri.
“Untuk
pria dan wanita yang memilih untuk memiliki anak, yang hasilnya adalah
aku ketika hal itu sesuai dengan rencana lima tahun kalian;
Untuk para guru yang tidak benar-benar peduli, yang kata-katanya telah kehilangan makna bagiku;
Untuk
teman-temanku yang kuper, nerd, dst, yang akan mendapatkan lebih banyak
bully setelah aku meninggal karena para penyiksa itu jelas akan
kehilangan satu orang untuk dipermalukan;
Untuk teman-temanku yang telah membuat hidupku seperti neraka, ketika mereka seharusnya fokus pada pendidikan mereka saja…;
Untuk mereka yang tidak pernah peduli, tidak pernah angkat bicara atas keadaanku, dan bahkan mungkin tidak tahu bahwa aku “ada”;
Untuk
seseorang yang benar-benar sahabatku. Dia yang peduli dan merupakan
satu-satunya orang yang mencegah hal ini terjadi lebih cepat;
Untuk
tuhan bila ia memang ada, yang memilih untuk bertindak jahat padaku,
karena dia telah menempatkanku di antara wajah-wajah berpaling yang
tidak peduli;
Untuk semuanya… selamat tinggal….
Aku
meninggalkan dunia yang benar-benar tidak cocok denganku. Jangan
mengucurkan air mata atau berdukacita atas kepergianku. Aku mengatakan
ini bukan karena aku berharap untuk dirindukan, tetapi agar mereka yang
benar-benar tidak peduli denganku bisa terus melanjutkan hidupnya tanpa
merasa bersalah dan tanpa air mata sedikit pun. Aku tahu kalian mungkin
memang tidak akan menangis untukku. Jadi jangan lakukan itu. Aku hanya
meminta satu hal. Aku ingin kalian mendengarkan kata-kata terakhir dari
seorang remaja yang telah membuat keputusan atas takdirnya sendiri.
Mungkin
orangtuaku akan merasakan sedikit rasa di dalam diri mereka sehingga
mereka berlinang air mata. Mereka mungkin berpura-pura bahwa kepergianku
adalah duka, meskipun aku mengharapkan hal lainnya. Mungkin penderitaan
yang sesunggunya adalah ketika kita melahirkan seorang anak di dunia
tanpa benar-benar menginginkannya. Aku jelas bukan merupakan produk
cinta, aku lahir hanya untuk meneruskan eksistensi manusia saja. Aku
hanya bermakna sesuatu yang baru, sebuah tugas dan sebuah proyek baru
dalam daftar yang bisa membawa makna pada diri mereka sendiri.
Tidak
seorang anak pun yang seharusnya dilahirkan ke dunia dengan tujuan
hanya untuk sebuah status kepemilikan. Aku bukan merupakan aset yang
bisa dikatalogkan dan dimasukkan dalam daftar formulir pajak selain
rumah dan mobilmu, atau bahkan dalam perebutan saat perceraianmu
terjadi. Aku adalah manusia. Maaf bila sulit bagimu untuk mencerna ini.
Dan bila kalian masih belum paham, aku akan mengucapkan penyesalan yang
lebih dalam lagi.
Bagaimana
dengan para guru? Apakah mereka akan menyesal salah seorang siswanya
menjadi bagian dari statistik saja? Sebab, jelas TU dan Kepala Sekolah
akan berduka, karena kematianku tidak akan memberikan dampak bagus pada
sekolah mereka. Well, aku minta maaf telah membuat statistik sekolahmu
semakin memburuk. Tetapi aku tidak mengharapkan permintaan maaf dari
mereka yang memiliki simpati palsu seperti Mrs. Dunfee atau mereka yang
memiliki janji yang tidak ditepati seperti Mr. Richman.
Sedangkan
untuk teman-temanku yang telah memberikan dampak besar pada hidupku,
aku tahu aku memang tidak seharusnya mengharapkan duka cita dari mereka
yang membullyku
Tetapi
untuk mereka yang meremehkanku, rasanya aku akan lalai bila tidak
menyebut para gadis di dalam hidupku. Dan kukira ini tidak akan akurat
bila aku mengelompokkan mereka dalam satu kategori, karena sebenarnya
mereka bisa dikategorikan menjadi dua kelompok yang berbeda: mereka yang
menolak terlibat dengan hidupku dan mereka yang seharusnya tidak ada
dalam hidupku. Untuk kategori yang pertama, Melinda Tunney, Jessica
Silvers, dan yang tersayang Kimmy Vanover, yang tertawa di wajahku
setelah aku memintanya untuk menjadi pasangan dansaku di pesta reuni
yang diadakan sekolah, menghinaku di hadapan teman-teman sekelas yang
aku tidak tahu persis berapa jumlahnya. Untuk kategori yang terakhir
yang sebenarnya sudah sering kusebut-sebut di surat ini, aku setidaknya
ingin menyebutkan nama Rebecca Cull dan Vanessa Dietrich, atas dedikasi
besar mereka untuk menghancurkan kepercayaandiriku. Kenapa kalian tidak
bisa menerima orang lain yang berbeda dan malah memaksa mereka untuk
mengikuti kemauan kalian?
Tentu, ada pula keramahan
yang pernah kudapatkan. Nicole Edwards sering menyapaku dan bertanya
mengenai kabarku. Bukannya aku tidak nyaman untuk menjawabnya; hanya
saja aku tidak pernah mempercayainya. Apa maksudnya menanyakan hal
tersebut? Tidakkah dia gila melakukan itu pada seorang anak pemalu,
pendiam, dan yang duduk di belakangnya pada kelas sejarah? Atau ini
hanya untuk membuat ilusi bahwa dia peduli, hanya untuk memastikan bahwa
aku memilihnya untuk menjadi ketua kelas.
Aku
bertaruh hanya ada satu orang di dunia ini yang sedih atas kepergianku.
Marty, teman terbaikku, kau menasehatiku untuk tidak melakukan ini tiga
kali sebelumnya. Kau bahkan memanggil 911 setelah aku menelan seluruh
pil dalam sebuah botol. Karena itulah, kali ini aku tidak mengatakan
apa-apa padamu dan kulakukan ini benar-benar dalam kerahasiaan,
sendirian. Kuharap kau ada dalam petualangan hebatku ini, saat aku
memasuki batas terakhir dalam hidupku. Kemanapun aku pergi, wajahmu
adalah wajah yang akan selalu kuingat. Jiwa yang kurindukan. Kau juga
merupakan satu-satunya orang yang aku harus meminta maaf. Aku
menyayangimu sebagai temanku dan akan selalu begitu.
Ada
kelompok lain yang belum kusebutkan: mereka yang tidak menyukaiku dan
meninggalkanku sendiri. Atau mungkin harus kusebut sebagai mereka yang
tidak peduli padaku. Aku mengapresiasi kalian karena kalian tidak
menggangguku lebih jauh, tetapi ketidakpedulian kalian, dan tak adanya
sapa menyapa untukku benar-benar melukaiku. Ketidakpedulian kalian
benar-benar telah secara efektif membuatku jauh dari yang namanya
kehidupan seorang pelajar sekolah, sebagai seorang manusia. Kalian
meninggalkanku, mengisolasiku, membuatku sendiri, dan tak ada sepatah
kata pun yang bisa kusampaikan pada penderitaan yang kualami karena
kalian. Aku bisa saja menyebutkan nama-nama kalian, tetapi dengan
melakukan itu, kukira aku akan terlalu baik bagi kalian daripada kalian
padaku.
Aku
tidak tahu apa yang menungguku setelah tembakan ini terjadi. Akankah
hanya kekosongan? Ataukah aku akan bertatap muka dengan tuhan? Aku tidak
peduli lagi. Sebab bila kau (tuhan) sama saja dengan manusia-manusia
yang kauciptakan, maka aku tidak ingin mengenalmu. Kau mengajarkan pada
kami untuk saling mencintai, namun nyatanya aku tidak pernah sekali pun
merasakan cinta dari umat Kristen (Adam beragama Kristen). Bahkan ketika
aku tahu kau berbeda, well, aku tetap akan menolakmu. Sebab, kau telah
membiarkan pengikutmu memperlakukanku dengan buruk. Kau telah membiarkan
makhluk-makhluk yang kau “cintai” itu, termasuk aku untuk menderita.
Jadi, kau mengharapkanku untuk mempercayaimu? Aku sama sekali tidak
ingin menghabiskan waktu setelah kematianku dengan entitas yang tidak
peduli sepertimu.
Dan
seiring dengan momen-momen terakhirku, aku jadi penasaran apa dampak
yang akan diciptakan dari kata-kata yang kurangkai ini. Semuanya
tergantung pertama-tama pada apakah situs ini akan ditemukan,
sebagaimana keraguanku pada apakah pihak administrasi sekolah
menginginkan publisitas beracun mengenai ketidakpedulian mereka. Namun
tetap saja, internet adalah tempat luar biasa dimana seseorang yang
tidak penting sekalipun bisa didengar. Akankah ada yang mendengar?
Akankah ada yang akan melakukan aksi nyata? Apakah para siswa akan
berhenti sejenak dan memberikan perhatian mereka pada orang-orang yang
terluka di sekitar mereka? Dan bahkan bila iya, akankah hal ini hanya
sementara dan dilakukan cuma untuk meyakinkan mereka bahwa mereka bukan
orang yang jahat? Atau akankah perubahan yang nyata akan benar-benar
terjadi?
Simpatiku
kulayangkan untuk teman-temanku di luar sana yang “berbeda”. Dengan
kepergianku, beberapa dari kalian jelas akan lebih terluka daripada aku.
Tidak akan ada yang memahamimu. Tidak akan ada yang peduli bagaimana
harimu kau lewati. Tidak akan ada yang ingin mengenalmu kecuali sebagai
seorang nerd, geek, dan pecundang. Kau juga tidak bisa melakukan apa-apa
pada status sosial yang mereka miliki, namun kadang lebih baik jangan
membiarkan mereka mendapatkan ego mereka dengan menempatkanmu pada
“tempatmu”. Beberapa dari kalian, seperti Andy Riker, akan menemukan
jalan keluar dengan menulis. Beberapa lagi, seperti James Moon, telah
menemukan jalan keluar dengan hobinya pada bidang seni. Dan beberapa
yang lain seperti Sean Gilbert, akan hidup dengan mengejar para unicorn
yang tidak akan pernah bisa ia kejar. Aku sendiri tidak memiliki bakat
khusus seperti mereka untuk melarikan diri atau memiliki sebuah mimpi
mengenai unicorn yang harus dikejar, dan karena itulah aku memutuskan
sebuah takdir yang paling mengerikan. Beberapa dari kalian mungkin akan
segera bergabung denganku dan aku akan menyambut kalian di tempat dimana
kalian tidak akan lagi menderita karena kesendirian dan penolakan yang
kaualami saat ini.
Pesta
kembang api selamanya. Aku akan pergi ke tempat lain. Dimana aku
sendiri tidak tahu. Tetapi logika menuntunku bahwa tempat tersebut
pastilah lebih baik. Mungkin kepergianku hanya membuktikan sebuah
catatan kaki pada buku tahunan. Namun, bisa saja kepergianku menjadi
semacam pengorbanan yang bisa memberikan harapan bagi yang lain. Bila
kematianku membuat kehidupan seseorang lebih baik atau sedikit
tercerahkan, maka apakah aku benar-benar meninggal dalam derita?
“The needs of the many outweigh the needs of the few, or the one.”
- Adam Krieger”
Dalam
lirik depresif yang dibalut dengan nada-nada sedih, Adam Song Blink 182
bahkan pernah dianggap menyebabkan beberapa orang memutuskan untuk
bunuh diri. Padahal, meskipun kisah fiksi Adam Krieger berakhir tragis,
Blink 182 mengakhiri lagu mereka dengan ending bahagia. Dimana,
Adam-adam lain di seluruh dunia pasti bisa melewati fase mengerikan
dalam hidupnya ini. Semangat teman-teman!!!!!
Nice gan (y)
ReplyDeleteDitunggu kunjungan dan komentar balinkya di
http://goo.gl/0oDg8q
sm sm gan link ya nanti di kunbal
ReplyDelete