Broken a Fans




Kisruh Blink-182 masih berlanjut. Setelah Travis Barker dan Mark Hoppus menyatakan Tom DeLonge mengundurkan diri, DeLonge secara mengejutkan justru menyanggah.


"Kepada semua penggemar, saya tidak keluar dari band (Blink-182)," tulis DeLonge di akun Instagram @tomdelonge, Selasa dini hari.

Padahal, sebelumnya Barker dan Hoppus melalui rilis pers telah menceritakan kronologis hengkangnya DeLonge melalui email. DeLonge melalui manajernya mengatakan bahwa dia keluar dari Blink-182 dan ingin mengurus proyek lain di luar musik.

Seolah tidak kaget dengan keputusan hengkangnya DeLonge, Barker dan Hoppus lantas mencari gitaris pengganti. Hal itu dilakukan mengingat mereka terikat dengan sebuah kontrak untuk tampil di Musink Festival pada Maret mendatang.

Terpilihlah Matt Skiba, personel band Alkaline Trio untuk menggantikan DeLonge.

Perang pernyataan terus berlanjut. Barker dan Hoppus merasa DeLonge tidak konsisten dengan keputusannya.


Mark Hoppus (Foto by hendri zakaria


"Kami telah memesan studio untuk tanggal 5 Januari Pada 30 Desember (2014), kami mendapat email dari manajer Tom yang mengatakan bahwa dia sudah tidak tertarik untuk rekaman karena ingin melakukan hal yang lain di luar musik. Dia keluar dalam tempo yang tidak tentu," kata Hoppus dalam wawancara dengan Rolling Stone, Selasa
setelah DeLonge mengeluarkan pernyataan di Instagram.

Mendapat email seperti itu dari manajer DeLonge, Hoppus berusaha mengingatkan bahwa mereka memiliki janji untuk rekaman dan sebuah konser. Tapi hasilnya nihil. Keputusan DeLonge telah bulat.

"Ada email keluar-masuk untuk klarifikasi rekaman dan konser, dan manajer (DeLonge) membalas dengan mengatakan 'Tom keluar.' Itu email yang sama seperti yang kami terima pada 2004 saat Tom memutuskan vakum dalam tempo yang tidak ditentukan," beber Hoppus.

DeLonge memiliki visi yang berbeda dari dua rekannya di Blink-182. Barker dan Hoppus bahkan seperti mengalah dan menuruti keinginan DeLonge vakum pada 2004.

Untuk menyalurkan hasrat bermusik saat Blink-182 vakum karena keingingan DeLonge, mereka berdua mendirikan +44.


Aksi Travis Barker dan Tom DeLonge di panggun

Seolah tak mau kalah, DeLonge juga memiliki proyek musik di luar Blink-182 yang diberi nama Angels and Airwaves. Keadaan Blink-182 pun semakin tidak jelas kala itu.

Loncat ke tahun 2009, kembalinya Blink-182 semakin santer terdengar. Puncaknya, mereka merilis album berjudul "Neighborhoods" pada 2011. Namun, keharmonisan tidak berlangsung lama. Rencana album baru guna meneruskan "Neighborhoods" tertunda seiring kabar kisruh ini.

"Ini sulit ketika kita menutupi seseorang yang tidak tahu berterima kasih dan kurang ajar. Dia (DeLonge) bahkan tidak memiliki keberanian untuk menghubungi kami langsung. Dia memang tidak mau rekaman dan menolak melakukan kegiatan lain yang berkaitan dengan grup band ini. Dia selalu menggunakan manajernya untuk hal semacam ini. Saya pikir semua orang harus tahu apa yang sebenarnya terjadi karena ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun," jelas Barker mengungkapkan kegeramannya.

Kisruh ini meruntuhkan ekspektasi para penggemar terhadap band yang terbentuk di tahun 1992 itu. Fans berharap Blink-182 tetap eksis tanpa perpecahan. Terlebih, DeLonge adalah salah satu personel yang ikut mendirikan Blink-182.

DeLonge Curhat di Facebook

DeLonge kembali menanggapi wawancara temannya itu dengan Rolling Stone. Kali ini, DeLonge memilih Facebook sebagai medium pesannya.

"Saya mencintai Blink dan saya sangat bersyukur memilikinya dalam hidup saya. (Blink) telah memberi saya segalanya. SEGALANYA. Saya yang mendirikan band ini, mulai dari garasi saya di mana kami bermimpi," tulis DeLonge.


Sang gitaris mengajak penggemarnya lebih dalam memahami apa yang terjadi pada band itu.

"Tetapi saya telah bicara kepada Mark dan Travis bahwa sepanjang apa yang kita bicarakan, di sanalah ada hal baik di antara kita sebagai seorang teman sejati, bahwa saya terus ingin terlibat dan bekerja dengan penuh semangat," jelas DeLonge dalam status Facebook-nya.


Menurut DeLonge, kerenggangan di tubuh Blink-182 mulai terasa saat mereka merekam album mini "Dogs Eating Dogs" tahun 2012. Dalam album itu Blink-182 gagal memberikan yang terbaik.

"Pada satu titik, pertengkaran dan politik memaksa saya untuk menarik album mini saat 60 ribu penggemar ingin membelinya. Ini yang merasuk di pikiran saya. Saya telah berupaya sekeras mungkin dan momen itu mematahkan semangat saya. Saya kemudian menyadarai bahwa band ini tidak bisa terus-menerus sakit," kata DeLonge.

DeLonge juga menyadari bahwa pernyataan Barker dan Hoppus seolah-olah membuatnya sebagai biang kerok di Blink-182.

"Dari sudut pandang mereka, saya yang mengontrol semua. Kenyataannya, saya hanya takut berada di pengalaman itu. Pengalaman dalam menggarap album mini," tegas DeLonge.

"Semua kejadian ini membuat saya sedih. Sedih bagi kami melihat ketidakdewasaan ini. Saya mengenal mereka dengan baik, termasuk kelakuannya saat ini yang defensif dan memecah belah. Saya kira mereka melakukan ini untuk berlindung dari rasa sakitnya sendiri. Seperti yang kita semua alami. Meskipun saya melihat mereka yang berbeda seperti ini, saya tetap memerhatikan mereka, seperti seorang saudara dan kawan lama. Tetapi, hubungan kami teracuni kemarin. Tidak pernah ada rencana untuk pergi, hanya berupaya keras untuk berkomitmen," tutup DeLonge.

Kini, status Blink-182 masih  abu-abu. Masing-masing pihak kukuh dengan pendirian dan fakta-fakta yang dimilikinya. Namun, bukan tidak mungkin dendang indah "I Miss You" kembali dibawakan dengan kocokan gitar DeLonge. Kita tunggu saja.

0 komentar:

Post a Comment

 

di Share yuk

>